Budaya Organisasi #1 – Nilai & Kedudukannya dalam Sebuah Organisasi/ Perusahaan

Perkembangan ilmu manajemen, lagi bagus-bagunya sekarang. Beruntunglah kita semua, manusia-manusia yang hidup dalam era manajemen yang semacam ini. Pada masa lalu, jauh sebelum kakek-nenek kita lahir, organisasi bergerak seadanya. Kalopun ada kegiatan, yang pada era modern kita sebut aktivitas manajemen, paling hanya masalah pembagian kerja dan perilaku bersama antar anggota saja. Perkembangan yang begitu gencar ini, membuat variasi konsep manajemen sangat beragam. Banyak pilihan untuk menentukan bagaimanakah cara kita mengatur organisasi.

Ini temanya Budaya Organisasi ato Manajemen sih? Bentar.. bentar, sabar dikit kenapa. Bicara soal budaya organisasi tidak akan pernah luput dari kajian manajemen kan. Itulah tadi kenapa pengantar di awal kita ulas sedikit tentang manajemen.

Balik ke topik utama, Budaya Organisasi. Bahasan pertama tentang tema ini kita mengenal dulu kenapa Budaya Organisasi (berikutnya saya istilahkan Budor saja lah, biar cepet ngetiknya) menjadi bagian yang sangat penting dalam sebuah organisasi.

Rumusan masalah yang akan kita (maksud saya, saya J) kupas dalam bahasan kali ini adalah “Apa pentingnya Budor dalam proses pelaksanaan organisasi dalam mencapai tujuannya?” seandainya gak penting-penting amat kan, para manajer perusahaan gak perlu belajar ato ikut pelatihan tentang Budor ini kanJ

Dari rumusan masalah ini, nanti saya akan membahas:

  1. Sekilas tentang apa itu Budaya Organisasi
  2. Nilai (pentingnya) Budor dalam organisasi
  3. NIlai menguasai teori Budor bagi seorang manajer

Oke, kuliah kita mulai 😀

Budaya organisasi, bagi yang belum kenal, ternyata banyak sekali pengertiannya. Banyak ilmuwan yang mendefinisikan pengertian Budor dalam kacamata mereka. Berikut diantaranya:

  1. Menurut Brown, salah satu pakar manajemen terkemuka, Budor merupakan rumusan nilai-nilai & cara belajar yang dibangun sepanjang sejarah organisasi dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku organisasi.
  2. Menurut A.B. Susanto, sebuah nilai yang menajdi pedoman SDM dalam memecahkan permasalahan organisasi, sehingga setiap anggota harus menyerap nilai-nilai itu hingga tataran cara bertindaknya/ perilakunya.
  3. Andrew Pattegrew, adalah sistem makna yang diterima secara kolektif & terbuka dalam kurun waktu tertentu dalam kelompok tertentu.
  4. Dan masih banyak lagi ilmuwan lain dengan definisinya sendiri-sendiri

Dari beberapa definisi yang diajukan tadi, waya coba memberikan beberapa sudut pandang dalam mendefinisikan Budor. Definisi 1 dan 2, saya kira mengunakan sudut pandang realis yang berasumsikan bahwa nilai-nilai yang diikuti oleh sebuah organisasi pastilah suatu nilai yang baik bagi organisasi itu. Definisi semacam ini tidak akan memberikan ruang bagi keberadaan fakta tentang budaya organisasi yang buruk, misalkan budaya otak politis atau budaya pacaran demonstratif (Naudzubillah J)

Dari sudut pandang saya, Budor akan lebih bijaksana bila kita definisikan sebagai pola-perilaku organisasi bersama yang dimiliki oleh anggota organisasi secara sadar, baik dalam kacamata keseluruhan atau tiap sub-kelompok dalam organisasi. Dengan definisi semacam ini, dapat kita tarik kategori yang lebih luas tentang Budor, yaitu tidak cuma sekedar nilai tapi sampai tataran perilaku yang terpola dan sadar (buakn karena paksaan sistem ato lainnya). Tidak Cuma nilai-nilai yang baik, tapi juga nilai-nilai tidak baik yang bisa jadi akanmenghasilkan budaya yang jelak juga. Tidak Cuma organisasi secara makro, tetapi juga sub-kelompok (atau kelompok informal) bisa punya budaya sendiri-sendiri. Definisi lebih dalam pada bab berikutnya yah, tentang Hakekat Budaya Organisasi.

Oh iya, definisi yang semacam ini terkait erat dengan apa yang disebut sebagai Perilaku Organisasi. Perilaku organisasi merupakan perilaku anggota organisasi yang memberikan pengaruh/ efek terhadap pencapaian tujuan organisasi, baik itu bernilai baik (mempercepat) ataukah buruk (menghambat). Misalkan saja nih ya, anda lagi maen game itu tidak termasuk kategori perilaku organisasi, tapi kalo anda maen game di kantor pas lagi jam kerja, nah itu baru disebut perilaku organisasi. Secara, maen game pas jam kerja bisa menghambat pencapaian tujuan organisasi anda kan.

Dengan pengertian, Budaya Organisasi (yang baik tentunya) memiliki peranan yang besar bagi organisasi. Dengan adanya Budor, maka manajer akan bisa ‘mengajak’ setiap anggota organisasinya untuk berperilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi.  Tanpa adanya budaya organisasi, manajer perlu melakukan control yang begitu ketat terhadap masing-masing perilaku anggotanya, satu per satu. Wushh, kalo kayak gitu fungsi anda jadi seorang manajer gak ubahnya kayak security perilaku anggota organisasi. HahahaJ

Budaya organisasi juga memiliki kedudukan yang penting dalam mencapai tujuan organisasi, selain factor strategi dan infrastruktur organisasi. Kenapa? Karena kita sedang bicara masalah organisasi yang tentunya memiliki tujuan yang gak bisa tercapai hanya dengan 1 orang saja. Perlu banyak orang, yang bersama-sama berperilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.

Misalkan saja nih, Perusahaan Toyota punya tujuan menghasilkan mobil yang berkualitas pertama. Mungkinkah mobil itu dibikin oleh 1 orang saja? Ato pake tenaga mesij saja? Non sense! Perlu cukup banyak manusia untuk menghasilkan mobil tersebut. Mulai dari bagian pembuatan rangka, mesin, pewarnaan, interior hingga bagian Quality Control. Semua perlu memegang satu pola perilaku ato budaya yang sama, kesempurnaan misalnya. Seandainya ada satu saja anggota organisasi yang tidak menjalankannya, maka tidak akan pernah ada itu mobil yang berkualitas pertama.

Dalam logika yang terbalik, seandainya sebuah organisasi sudah memiliki strategi dan infrastruktur yang baik namun budaya organisasinya cacat, maka pasti organisasi tersebut tidak akan dapat mencapai tujuannya. Contohnya gampang, bayangin aja setiap karyawan Toyota punya pikiran seadanya (tidak menjaga kualitas). Jadi tuh mobil Toyota, yang 3 tahun aja bakalan soak:D

Faktanya, setiap organisasi besar, pasti memiliki budor sendiri-sendiri di dalamnya. Sebut saja Toyota dengan Kaizen Powernya, Starbucks dengan Kualitas Layanannya atau bahkan Google dengan Budaya Kreatifnya (dengan semboyan utama Workhard-Playhard!) Dan tidak sedikit pula organisasi yang mengalami kehancuran, pelan tapi pasti, karena budaya organisasinya buruk!

Dari paparan tadilah kita tahu bahwa kedudukan budor dalam sebuah organisasi begitu penting dan punya nilai yang tidak bisa disepelekan dari strategi manajemen.

Pentingnya budaya organisasi, secara otomatis berimplikasi pada pentingnya seorang amnajer untuk menguasai teori pembangunan budaya organisasi. Dengan menguasai teori pembangunan budaya organisasi, maka seorang manajer akan dapat melakukan pemilihan budaya yang tepat untuk konteks organisasinya. Ini penting, karena dengan budaya yang tepat, maka manajer akan dapat mengarahkan perilaku organisasi para anggotanya secara tepat pula untuk mencapai tujuannya. Alias meminimalisir perilaku menyimpang yang berpotensi menghancurkan organisasi dari dalam.

Siapapun anda, yang membaca tulisan ini, sadarilah bahwa organisasi atau perusahaan anda perlu untuk lebih maju dari sekarang. Sadarkan pada manajer anda, bahwa organisasi anda akan hancur perlahan-lahan tanpa adanya budaya yang baik.

Oke, segitu dulu bahasan kali ini. Semoga kita semua mendapat hikmah dan kesadaran baru tentang pentingnya budya organisasi dalam sebuah organisasi. Wassalam!

 

Taufan Arifianto

28 Maret 2011

About Taufan

Ingatlah, angin itu akan selalu berhembus!

Posted on 28 Maret 2011, in Budaya Organisasi, Manajemen & Organisasi and tagged , , , , . Bookmark the permalink. 2 Komentar.

  1. Paham mas.. Ditunggu postingan selanjutnya..n =))

Tinggalkan Balasan ke taufanarifianto Batalkan balasan